Pak Didi punya halaman rumah yang sangat luas. Pak Didi sangat
menyukai binatang. Maka dari itu di halaman rumahnya, pak Didi memelihara
banyak sekali binatang.
Disana ada 2 ekor kelinci lucu berwarna coklat dan putih,
seekor kucing, 2 ekor ayam, dan 5 ekor burung yang semuanya berada dalam
sangkar yang indah.
Semua binatang di halaman rumah Pak Didi sangat akrab satu
dengan yang lainnya. Kadang-kadang salah satu kelinci Pak Didi yang bernama
Keli mengungjungi sangkar burung Beo bernama Abi untuk sekedar bercanda dan
ngobrol-ngobrol. Teruma si Kucing bernama Mogi, ia sangat bersahabat dengan
binatang-binatang yang lain.
Mereka semua berteman dan bersahabat baik. Kecuali Si Jagjag
dan Bika, kedua ayam itu tidak pernah mau berteman dengan siapapun. Jagjag dan
Bika selalu berdua, mencari makan berdua, main berdua, tidak pernah ikut
bermain dengan binatang yang lainnya.
Mogi, si Kucing yang ramah selalu berusaha mengajak Jagjag
dan Bika untuk bermain, tetapi Jagjag dan Bika selalu menolak.
Pernah di suatu sore, Abi si burung Beo bertanya kepada si
Jagjag “Hy, Jagjag. Kenapa sih kamu tidak mau bermain bersama kami?”
“Iya, kenapa kamu tidak mau bermain bersama kami?” sahut
Keli, si kelinci coklat.
“Aku tidak mau bermain sama kalian, karena kalian kotor dan
miskin. Lihat rumah kami, rumah kami besar, sedangkan rumah kalian kecil.
Apalagi rumah si Burung Kacamata, dia miskin. Aku juga tidak mau berteman
dengan Keli dan Cici si kelinci karena kalian kotor. Sedangkan aku, aku
dimandikan setiap oleh Pak Didi.” Jawab si Jagjag dengan nada sombong.
“Lalu kenapa kamu tidak mau bermain dengan aku? Aku tidak
kotor, rumah aku juga besar.” Tanya Mogi.
“Iya, mogi saja yang bulunya bagus dan rumahnya besar tidak
sombong seperti kamu, Jagjag. Mogi tetap berteman dengan kami.” Tiba-tiba si
Burung Kacamata menyela.
“Hmm, pokoknya aku tidak mau bermain dengan kalian. Kalian berbeda
denganku. Aku cuma mau main sama Bika. Dia sahabat aku satu-satunya.”
Akhirnya percakapan sore itu berakhir. Mereka pulang ke
kandangnya masing-masing.
Pagipun tiba, matahari sudah terbit. Biasanya sebelum
matahari terbit, suara kongkorongok Jagjag sudah terdengar, tetapi pagi ini
Jagjag belum bersuara juga.
Teman-teman yang lain heran, kelinci bertanya-tanya pada si
burung, begitupun sebaliknya. Tetapi tidak ada satupun yang tahu, kenapa Jagjag
tidak bersuara padahal matahari sudah terbit.
Mereka sebenarnya ingin mendekati si Jagjag, melihat ke
dalam kandangnya tetapi mereka tidak berani karena sifat si Jagjag yang angkuh
dan tidak mau berteman dengan mereka.
Siangpun tiba, biasanya Jagjag dan Bika keluar dari kandang
untuk jalan-jalan di bawah sinar matahari sambil menunjukkan bulu-bulu mereka
yang berwarna. Tetapi sampai siang ini, Jagjag dan Bika belum keluar kandang.
Akhirnya,si Keli berinisiatif untuk memanggil Mogi yang
masih berada di dalam rumah Pak Didi. Kandang Mogi memang ada di dalam rumah
Pak Didi. Keli menyelusup masuk ke rumah Pak Didi yang sedang ramai oleh para
manusia.
“Mogi, sini!” Keli berbisik perlahan.
“Ada apa?” Jawab Mogi yang sedang asik mencium bau ikan di
pintu dapur.
“Si Jagjag kok tidak bersuara dari tadi, padahal matahari
sudah terbit. Sampai siang ini Jagjag dan Bika juga belum keluar dari
kandangnya.” Ucap Keli perlahan.
“Hmm, jangan-jangan..” Mogi tiba-tiba ingat pada Bu Sisil, istri
Pak Didi yang tadi pagi sedang memasak daging ayam.
Mogi langsung berlari keluar menuju kandang si Jagjag dan
Bika, Kelipun mengikuti Mogi dari belakang.
Sesampainya disana, Mogi, Keli, Cici, Abi, dan yang lainnya
langsung menuju kandang si Jagjag.
Mereka melihat si Jagjag sedang duduk termenung seorang diri
di dalam kandang besarnya.
Mogi mengelus dadanya, bersyukur di dalam hati ternyata ayam
yang digoreng Bu Sisil bukanlah si Jagjag. Tetapi kemana Bika? Kenapa Jagjag
hanya sendiri?
“Jagjag, kamu kenapa murung? Hari ini kenapa kamu tidak
bersuara untuk membangunkan kami?” Tanya Abi.
Jagjag hanya diam tidak menjawab.
“Jagjag, kamu kenapa sendirian? Kemana Bika, sahabatmu?”
Tanya Mogi.
Keli, Cici, Abi, dan yang lainnya langsung memperhatikan
kandang si Jagjag, mereka baru sadar kalau ternyata Bika tidak ada di kandang.
Lalu, si Jagjagpun menceritakan kejadiannya kepada Mogi.
Rupanya, Jagjag sedang bersedih karena sahabatnnya, Bika, seekor ayam betina
yang ceria telah pergi meninggalkannya tadi pagi. Bika diambil oleh Pak Didi
untuk dijadikan ayam goreng.
“Aku sedih Bika pergi meninggalkanku, sekarang aku tidak punya teman lagi.” Ucap Jagjag.
“Suruh siapa kamu tidak mau bersahabat dengan kami!
Akibatnya, waktu teman kamu Bika pergi kamu tidak punya teman lagi. Haha, kamu
kasian sekali!” Celetuk Abi dengan Nada sinis.
“Hus, kamu tidak boleh berbicara seperti itu! Jagjag kan
sedang bersedih. Kita harus menghiburnya, bukan menertawakannya.” Jawab Mogi
dengan nada lembut.
“Tapi Abi benar, Mogi.
Jagjag kan ayam yang sombong, dia juga suka menghina teman-teman dan
menghinaku miskin. Lagipula Jagjag tidak pernah menganggap kita teman. Jadi
biarkan saja si Jagjag sendirian!” Ucap si Kacamata dengan nada kesal.
Jagjag hanya terdiam. Selain bersedih, Jagjag juga menyesal
karena dulu menolak mereka untuk menjadi sahabatnya.
“Tapi bagaimanapun juga kita harus menganggap Jagjag sebagai
sahabat kita. Meskipun Jagjag sudah jahat, tetapi kita tidak boleh membalas
kejahatannya. Kita harus membalas keburukan dengan kebaikan.” Ucap Mogi.
“Iya, Mogi benar.” Jawab Keli dan Cici sambil mengangguk.
Teman-teman yang lainnyapun ikut menyetujui ucapan Mogi.
“Makanya, lain kali kamu jangan pilih-pilih teman.
Pilih-pilih teman itu tidak baik. meskipun kita berbeda, tapi di hadapan Tuhan
kita sama. Aku masih mau kok jadi teman kamu.” Keli berusaha menghibur Jagjag.
“Iya, aku juga mau.” Jawab Kacamata.
“Aku juga!”
“Aku juga!”
Semuanya berseru mau berteman dengan Jagjag. Jagjagpun
menangis karena terharu.
“Teman-teman makasih ya kalian masih mau menganggapku sebgai
teman. Maafkan aku, aku sudah jahat sama kalian.” Jagjag mulai berbicara dengan
nada sedih.
“Iya, tidak apa-apa. Kita kan teman, jadi harus saling
memaafkan kesalahan.” Jawab Mogi.
Jagjagpun keluar dari kandangnya, dan bermain bersama para
kelinci, burung dan kucing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar