Jumat, 28 Oktober 2022

Cerita 1.

Pintu Ajaib.

  

   * Pov : Meva

   Alkisah, hiduplah seorang gadis remaja bernama Hasa. Ia tinggal disebuah desa, yang bernama Desa Putikiwir. Dia tinggal disebuah rumah sederhana bersama seorang kakak yang Bernama Zera. Kedua orang tua mereka sudah meninggal karena kecelakaan. Karena itu, sang kakak terpaksa putus sekolah dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-har mereka.

  Saat Hasa masih kecil, ia menonton salah satu film kartun yang membuatnya bermimpi bisa berkeliling dunia sampai ke negeri peri sekalipun menggunakan pintu kemana saja.

   ‘’Haha! Mana mungkin bisa berkeliling dunia pake pintu ajaib, di dunia ini mana ada pintu yang seperti itu? Emangnya ini dunia kartun?’’ Ucap kakaknya sambil tertawa. Untungnya,  sang adik tidak menangis karena sudah di ejek. Dia malah marah dan memastikan kepada kakaknya bahwa pintu kemana saja itu ada.

   Disisi lain, ada seorang gadis muda bernama Meva. Ia terlahir dari keluarga yang kaya. Meva tinggal di Kota Adenville. Namun karena adanya suatu urusan pekerjaan, ia pindah ke Desa Putikiwir.

    Meva yang sedang berkeliling untuk melihat ruangan-ruangan yang ada di rumahnya tidak sengaja menemukan sebuah pintu yang terdapat banyak ukiran-ukiran indah disana. Tapi ketika Meva melihatnya lebih jelas, pintu itu tidak memiliki gagang. Saat Meva ingin tidur, ia bermimpi akan seorang peri tanpa sayap. Peri itupun berkata, “Temukanlah gagang pintu tersebut!”


   * Pov : Hasa

    Pada suatu hari, Hasa sedang berjalan menuju sekolah dengan melintasi jembatan tua. Ia pun berinsiatif untuk beristirahat didekat pohon yang tak jauh dari jembatan itu. Saat ia sedang duduk santai,  Hasa tak sengaja melihat gagang pintu yang sudah berdebu. Dengan muka polos yang tidak mengerti apa apa, Hasa pun mengangguk sambil tersenyum. Karena rasa penasarannya,  Hasa pun akhirnya mengambil dan memasukan gagang pintu itu ke dalam tasnya. 

   Saat sudah sampai disekolah, dia pun duduk dibangku kelasnya. Hasa duduk sendirian dibangkunya. Tidak lama setelah itu, Hasa pun  mengeluarkan sebuah gagang pintu yang tadi sempat ia bawa. Saat sedang melihat-lihat gagang pintu tersebut, tiba tiba salah satu teman Hasa yang Bernama Cika  menghampirinya  dan berkata, “Llihatlah si bodoh itu! Untuk apa membawa gagang pintu yang sudah kolot dan kotor’’.

   Hasa hanya bisa terdiam dan tidak peduli akan apa yang dikatakan oleh Cika. Tak lama setelah bunyi bel masuk terdengar, ada salah satu guru yang masuk ke kelasnya Hasa bersama seorang siswi perempuan. Lalu guru itu menyuruh siswi baru itu untuk memperkenalkan dirinya dan ternyata namanya adalah Meva. Dia pindahan dari kota. Katanya ia pindah kesini karna pekerjaan ayahnya. Guru menyuruh Meva untuk duduk. Meva akhirnya duduk disamping kursi Hasa. Mereka pun saling berbincang antar satu sama lain.

     Meva teringat akan mimpinya, akhirnya ia pun menceritakan mimpi itu ke Hasa dan membahas pintu tanpa gagang yang ada di rumahnya itu. Hasa yang mendengarnya terkejut dan langsung segera mengeluarkan gagang pintu yang telah ia temukan. Mereka berdua terkejut dan merasa senang. Tapi, Cika selalu saja berkomentar.

“Ck, murid baru ini sudah mulai terbawa oleh kebodohan Hasa!”. Mereka tida merespon dan melanjutkan topik pembicaraan mereka.

   Saat bel pulang telah berbunyi, Hasa mengikuti Meva untuk pergi ke rumahnya. Setelah sampai di rumahnya Hasa, Meva langsung membawa hasa ke tempat pintu tersebut ada, yaitu di gudang. 

   Hasa mengambil gagang pintu tersebut dari tasnya. Mereka berdua terkagum ketika mereka melihat detail ukiran yang ada di gagang pintu tersebut dan di pintunya sama. Hasa dan Meva mulai memasangkan gagang pintu itu ke pintunya, dan boom! Pintu itupun akhirnya terbuka dan mereka terbawa masuk ke dalam pintu itu. Hasa dan Meva tiba tiba sampai di sebuah hutan yang Meva yakini adalah dunia peri. Hasa yang merasakan kejadian barusan sangatlah senang karena ia akhirnya tau bahwa pintu kemana saja itu benar ada. 

   Disana, Hasa dan Meva langsung bertemu dengan sang peri tanpa sayap dan keempat temannya. Peri tersebut bernama Cava.




Cerita 2.

Prolog ;

 5 Peri.



   “Cava!”

    Sore itu, keenam peri yang bersahabat sedang bermain di taman yang mereka buat sendiri. Peri-peri itu tinggal di hutan bernama Hutan Hyacinth. Di dalamnya, Nata berlari kearah Cava yang baru saja sampai di taman. Langkahnya terburu-buru, seperti yang enggan tertinggal satu hal kecil. Gadis itu mendekat di depan Cava, lalu menarik tangannya dan membawa Cava menyusul teman-teman lainnya.

    “Hei, Cava! Kamu selalu saja menjadi yang terakhir datang setiap kali kita ingin berkumpul!” Protes Dephnie. Dephnie merupakan peri tertua diantara enam sahabat peri itu, membuatnya menjadi teman sekaligus kakak bagi yang lainnya. 

   “Bener, tuh. Memangnya kamu ngapain saja sampai telat begini?” Sambung Beatrix. Beatrix ini yang tertua kedua setelah Dephnie. Sifatnya lebih tegas dan lebih cerdas dibandingkan yang lainnya.

   “Hehehe, maaf, yaa.. Tadi aku pergi ke hutan barat dulu. Aku memetik buah blueberry, ini untuk kalian!” Ucap Cava sembari menunjukkan keranjang rotan yang berisi banyak buah blueberry di dalamnya. Tidak lupa ia menunjukkan lesung pipinya pada teman-temannya.

   Tertawa. Suara tawa mereka semua melayang di udara. Mereka telah salah sangka. Mereka kira, Cava sengaja bermalas-malasan terlebih dahulu sebelum pergi menemui teman-temannya. Nata kembali duduk di karpet piknik yang sudah ia siapkan sebelumnya bersama yang lainnya. Tidak lupa ia juga mengajak Cava untuk bergabung. Mereka akhirnya mulai menceritakan sesuatu yang menyenangkan. Senyum mereka terekam jelas oleh alam disana. Mereka selalu merasa bahagia, saling bersunda gurau, bertukar pertanyaan, hingga menghabiskan makanan yang sudah disediakan disana.

   Sebuah persahabatan yang indah, bukan? Mereka benar-benar bahagia menghabiskan waktu bersama. Tapi, adakah cerita dibalik kebahagiaan mereka semua? 




1 ;

 Cerita Kita.


   Tidak ada yang sempurna.  Baik itu mati ataupun hidup, semuanya memiliki kekurangan.  Namun, setiap makhluk pasti memiliki kesempurnaannya versi mereka sendiri.  5 peri, 5 juga harapan mereka untuk berhasil menemukan kesempurnaan mereka.


   “Lihatlah mereka, terlahir tanpa sayap.” 

   “Aku curiga mereka adalah penyihir.”

   “Mereka bukanlah peri seperti kita, aku yakin.”

   “Mereka tidak seharusnya tinggal disini. Aku ingin Ratu segera mengusir mereka.”


    Ucapan itu…  Bukankah itu menyakitkan?

    Dephnie, Beatrix, Cava, Nata, dan Lily. Hampir setiap hari mereka mendapat celotehan seperti itu. Awalnya, ini terasa sangat sakit dimana mereka terus diasingkan, dijauhi, dan dijelek-jelekkan oleh peri lainnya. Hanya karena satu perbedaan diantara mereka, yaitu mereka berlima tidak memiliki sayap. Ini memang hal yang ganjil. Tapi, mereka tetaplah peri. Mereka sama dengan yang lainnya.

    Beberapa perkataan mungkin menusuk hati mereka. Namun, mereka tidak peduli dan tetap hidup bahagia bersama-sama. 

Time Skip

    Kembali melakukan aktivitas seperti biasanya, Dephnie dan Beatrix menanam bunga di taman mereka. Nata dan Lily menghias tempat lain 

dalam taman itu, sedangkan Cava terduduk manis di salah satu kursi yang ada di sana. Bukan, ia bukan bermalas-malasan, ia sedang menulis sesuatu di bukunya. Ia menulis kegiatannya dengan teman-temannya hari ini, seperti menulis diary. 

   “Cava! Bantu aku mengambil bebatuan kecil disini!” Teriak Lily. Cava yang mendengarnya pun langsung datang ke arah Lily, dan memungut batu-batu kecil disana. Lalu mengantarkannya ke Dephnie agar bisa dihias di sekitar bunga yang telah ditanam. 

   5 peri ini.. Mereka sangat baik. Mereka gemar membantu, mereka merupakan peri yang ceria. Peri-peri lainnya yang terlalu jahat karena terlalu mengasingkan kelima peri tanpa sayap ini. Untungnya, semua kata-kata menusuk itu tidak menyakiti mereka. Mereka membangun benteng yang kuat untuk saling melindungi, menyayangi, dan saling mempercayai. 



2 ;

Bersinar.


   Malam pun tiba, mereka semua berpencar untuk mencari bunga. Mereka mencarinya untuk saling menghias rambut masing-masing dengan bunga.

   Beberapa saat kemudian, Cava berjalan ke sebuah semak-semak. Ia menyadari sesuatu, bahwa ada sesuatu yang bersinar disana. Cava lalu berlutut, membuka semak-semak itu. Dan, Cava pun menemukan sumber dari cahaya yang bersinar itu. Ia… Ia menemukan sepasang sayap yang rusak.

   “Teman-teman! Lihat apa yang aku temukan!” Teriak Cava memanggil teman-temannya.

    Teman-temannya, Dephnie, Beatrix, Nata, dan Lily pun datang ke arah Cava berteriak. Setelah menghampiri Cava, mereka pun menatap Cava dan bertanya kepadanya tentang apa yang sedang ia pegang.

   “Teman-teman, tadi saat aku berkeliling, aku merasakan seperti ada cahaya yang menusuk mataku. Lalu aku mencari letak asalnya, dan akhirnya aku menemukan sepasang sayap ini!” Jelas Cava ke teman-temannya.  

   Teman Cava yang mendengarnya pun lantas terkejut. Bagaimana bisa ada sayap ini di dalam semak-semak? Cava tersenyum, dan berangan. Apa rasanya jika ia dan teman-temannya akhirnya bisa terbang? Apa rasanya menghirup udara segar di atas sana? 

   “Siapa pemilik sayap ini? Tidak mungkin ada peri yang senngaja menjatuhkan sayapnya disini.” Lily mengomentari.

   “Benar.. Sayap ini jika aku lihat-lihat… Sepertinya sudah rusak…” Kata Nata.

    Mereka semua saling bertukar pertanyaan. Siapa pemilik sayap ini? Bolehkah mereka menyimpanya? Mereka terus bertanya-tanya, sampai mereka tidak sadar, bahwa ada sepasang mata sedang menatap mereka dengan tajam.




3 ;

Mimpi.


   Hari terus berlanjut, mereka tetap bermain bersama. Namun, Cava yang menemukan sayap itu beberapa hari yang lalu mulai merasakan ketidaktenangan. Mulai dari mendengar bisikan-bisikan aneh, merasa bahwa ada orang yang mengikutinya, dan hal-hal lainnya. 

   Malam ini, Cava mengalami mimpi buruk. Ia bermimpi ada seorang wanita tua, berbadan besar, menggunakan jubah hitam. Matanya merah menyala, hidungnya panjang, dan kukunya sangat panjang. Wanita tua itu persis seperti Urban Legend di Hutan Hyacinth, yaitu penyihir yang mampu memanipulasi orang-orang di sekitarnya. Cava yang mulai mengenalinya pun ketakutan.

    Penyihir itu berbisik, “Periku, berikanlah aku sayap rusak itu sebelum bulan merah terbit. Lalu, aku akan memberikanmu sayap baru yang berkilau untukmu dan temanmu. Tapi, jika tidak… Aku akan mengutukmu dan semua orang yang ada di sekitarmu.”

    Cava akhirnya terbangun karena shock. Ia akhirnya berlari menghampiri temannya, memberi tahu mereka akan mimpi yang ia alami. Ia pun menceritakan kejadian-kejadian aneh yang belakangan ini selalu ia rasakan.

    Sambil mendengarkan Cava, Beatrix mempercayainya dan menyaut, “Baiklah kalau begitu. Sebelum bulan merah terbit, mari kita cari penyihir tersebut!”

   Tanpa ragu, mereka semua berjalan masuk ke dalam hutan yang gelap saat tengah malam. Semakin jauh langkah mereka, maka semakin jauh pula langkah mereka menuju kesalahan.




4 ;

Dunia Lain.


   Setelah sekian lama mereka berjalan, langit pun mulai terbangun. Matahari mulai menunjukkan sinarnya saat itu. Namun, hutan ini masih terasa sangat dingin dan gelap untuk mereka.

   Lama-lama, mereka mulai merasa putus asa untuk melanjutkan perjalanan mereka menemui penyihir itu. Semakin lama mereka memasuki hutan gelap itu, langkah mereka terasa lebih berat. Seperti ada yang menahan kaki mereka dari dalam tanah. Lily dan Nata kelelahan, Dephnie dan Beatrix bingung karena mereka tak kunjung sampai. Tapi, Cava masih bersemangat. Cava masih mempunyai keberanian untuk masuk lebih dalam ke hutan itu sampai akhirnya ia bertemu dengan penyihir yang ada di mimpinya. 

   “Kalian… Apakah kalian masih kuat untuk terus berjalan mencari penyihir itu?” Cava bertanya. Semua hanya menggelengkan kepalanya secara perlahan sebagai jawaban. Cava yang suda merasa lelah pun akhirnya memutuskan untuk berhenti sejenak, menghampiri teman-temannya, dan berdiskusi sebentar.

   Tidak lama setelah itu, dari belakang mereka muncul sebuah pintu secara tiba-tiba. Mereka yang melihat itu sontak langsung kaget dan mumdur beberapa langkah. Lalu dari pintu itu, keluarlah 2 orang gadis yang ternyata adalah seorang manusia biasa. Dua gadis itu bernama Hasa dan Meva. Mereka berasal dari dunia manusia. Karena menggunakan pintu ajaib itu, mereka datang ke dunia peri. Mereka semua terkejut. Setelah itu, Hasa dan Meva akhirnya memperkenalkan diri, dan menjelaskan alasan mengapa mereka bisa sampai kesini.

   Mendengar cerita tentang pintu ajaib itu, Nata mempunyai ide. Bagaimana jika mereka semua melanjutkan perjalanannya mencari penyihir menggunakan bantuan pintu ajaib itu? Ide yang bagus, Nata! Perjalanan akan menjadi lebih mudah dan cepat jika seperti itu.

   Ia pun segera mengusulkan idenya pada teman-temannya itu serta meminta bantuan kepada Hasa dan Meva.Teman-temannya juga Hasa dan Meva menyetujui saran dari Nata. Dengan cepat, Hasa dan Meva mulai berjalan kembali ke arah pintu tersebut, dan Hasa memegang gagang pintu itu. Sebelum membuka gagang pintu itu, mereka mengucapkan nama tempat tujuan mereka.

   “Pintu ajaib, bawa kami ke tempat penyihir dunia peri berada!” Teriak Hasa dan Meva. Para peri-peri tidak bersayap itupun mulai mendekat dan memperhatikan Hasa dan Meva.

   Saat pintu mulai terbuka, mereka semua mulai ditarik masuk ke dalam pintu tersebut. Dan secara instan, mereka telah tiba di rumah sang penyihir itu. Mereka semua berjalan mendekati rumah tua itu, Cava yang memimpin barisan mereka. Setelah sampai di depan rumah tua itu, Cava mulai mengetuk pintunya dengan perlahan. Tidak lama setelah itu, pintu pun terbuka. Mennjukkan sosok wanita tua berbadan besar yang mereka cari. Cava menatap wanita tua itu, dia adalah penyihir  yang ada di mimpinya. Cava pun akhirnya menyerahkan sayap yang ia temukan kemarin. Sesuai dengan yang diinginkan sang penyihir, sebelum bulan merah terbit. Penyihir terkekeh kecil. Ia mengambil sepasang sayap rusak itu, dan menatap Cava dan teman-temannya.

   “Periku, kau telah berhasil menemukanku, walaupun kau tetap menggunakan bantuan dari makhluk lain. Sesuai dengan janji, aku akan memberikanmu sayap baru yang berkilau untukmu dan teman-temannmu.” Ucap Penyihir tersebut, lalu memberikan sepasang sayap untuk Cava, Dephnie, Beatrix, Nata, dan Lily. Mereka berlima akhirnya senang karena telah menjadi peri seutuhnya. Peri dengan sayap. Mereka mulai mencoba sayap itu, mencoba untuk terbang. Dan akhirnya mereka semua bisa terbang. Hasa dan Meva yang melihatnya pun ikut merasa senang. Mereka senang karena bisa membantu . Akhirnya mereka kembali lagi ke rumah dari kelima peri-peri itu sekarang. Cava, Dephnie, Beatrix, Nata dan Lily berterimakasih pada Hasa dan Meva. 

    “Kalian! Terimakasih telah membantu kita, ya!” Kata Lily pada Hasa dan Meva.

    “Ah.. Tidak usah berterimakasih. Kami senang bisa membantu kalian.” Ucap Hasa.

   “Kami pun berterimakasih karena kalian telah memperbolehkan kami masuk dan berkeliling di dunia peri ini.” Meva menambahkan.

   Semua peri pun tersenyum. Lalu Hasa dan Meva akhirnya meminta izin untuk kembali ke dunianya. Peri-peri itu pun mempersilahkan mereka untuk pulang. Melambai-lambaikan tangannya ketika dua manusia itu telah mulai membuka pintu.

   “Kita pulang, ya! Kapan-kapan, gunakanlah sayap kalian itu untuk terbang ke dunia kami!” Ucap Hasa yang diakhiri dengan tawa.

    Akhirnya, Hasa dan Meva akhirnya pergi kembali ke dunia mereka. Pintu ajaib pun perlahan mulai menghilang. Kelima sahabat bersayap ini akhirnya melanjutkan kegiatan mereka dengan senang tentunya. Mereka berkeliling taman mereka dan bermain bersama seperti biasa.


Tamat.






Main Cast : Cava, Hasa, Meva.

Side Cast : Dephnie, Beatrix, Nata, Lily, Cika, Zera.

Antagonist : Witch.

Place : Desa, Hutan Hyacinth / Dunia Peri

Inti : Gabungan dari 2 Alternative Universe (AU) / cerita yang pada dasarnya sama, namun berbeda sudut pandang. Inti ceritanya tentang Hasa dan Meva yang tidak sengaja bertemu dan berhasil membuka jalan menuju dunia peri menggunakan pintu kemana saja / pintu ajaib. Setelah itu, Meva akhirnya bertemu dengan peri tanpa sayap yang mendatangi mimpinya. Peri tersebut memiliki 4 teman lainnya yang tidak mempunyai sayap. Hasa dan Meva membantu Cava dan teman-temannya untuk mendapatkan sayap baru yang bersinar.

Inti permasalahan / klimaks : Penyihir mendatangi mimpi Cava dan mengancam Cava dan teman-temannya akan dikutuk jika ia tidak memberikan sepasang sayap rusak yang ia temukan di semak-semak.

Pesan/amanat : Kita harus mau membantu sesama makhluk hidup. Kita juga harus mempunyai keberanian dan kepercayaan diri. Jangan mudah menyerah, dan tetaplah bersyukur walaupun memiliki keterbatasan.